Pelayanan Kesehatan Bagi Warga Miskin

DESKRIPSI MASALAH
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang. Salah satu ciri bangsa yang sehat adalah ketika warga bangsa tersebut sehat dan terhindar dari gangguan penyakit. Sementara itu tidak mesti semua orang itu selalu sehat, artinya tidak sedikit warga masyarakat yang mengalami sakit. Bagi mereka yang sakit, tentu mereka sangat butuh terhadap penyembuhan dari penyakit yang diderita. Intinya mereka ingin sehat. Oleh karenanya banyak orang yang sakit yang berlomba-lomba untuk berobat demi memperoleh kesembuhan dari penyakitnya.


Dalam hal berobat ini, ada orang yang dapat berobat dengan mudah karena punya biaya yang cukup. Akan tetapi tidak jarang orang yang lagi sakit tersebut tidak dapat berobat secara layak karena tidak memiliki biaya untuk berobat, sehingga mereka sering semakin sakit akibat beban yang dialaminya; atau mereka dapat berobat pada level yang minimalis karena keterbatasan biaya yang dimilikinya.

Dalam kaitan itu, pemerintah mempunyai program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dalam level daerah disebut Jaminan Kesehatan Masyarakat daerah (Jamkesmasda). Program jaminan kesehatan masyarakat ini terutama diperuntukkan bagi warga miskin yang notabene sering terganjal karena tidak punya biaya untuk berobat. Meskipun demikian, warga masyarakat kelas menengah ke atas pun dapat mengakses program jamkesmas ini. Warga masyarakat miskin dapat mengakses jamkesmas/jamkesmasda ini jika memiliki kartu atau surat keterangan miskin atau berhak menerima akses jamkesmas dari aparat pemerintahan setempat.
Program jamkesmas/jamkesmasda dari pemerintah ini perlu diapresiasi secara positif oleh warga masyarakat, karena –bagaimanapun- hal itu menunjukkan kepedulian pemerintah terhadap persoalan kesehatan masyarakat. Akan tetapi yang perlu dimonitoring adalah pelayanan kesehatan di rumah sakit atau balai pengobatan yang lain semisal puskesmas bagi warga masyarakat miskin yang menerima akses jamkesmas ini. Apakah tetap dilayani secara serius ataukah di-subordinat-kan dibandingkan dengan pelayanan kesehatan bagi warga masyarakat yang tidak menggunakan akses jamkesmas.
Dalam beberapa kasus yang diperoleh informasinya secara acak, tidak jarang ada pasien miskin mengeluh karena dinomer-sekiankan pelayanannya oleh pihak rumah sakit dibandingkan dengan pasien yang punya duit. Arti tegasnya, tidak jarang pasien miskin yang sudah menerima akses jamkesmas ini mendapatkan pelayanan kesehatan secara diskriminatif. Problem ini yang akan dicarikan jawabannya dari tinjauan hukum fiqih Islam.
PERTANYAAN
  1. Bagaimanakah penilaian hukum Islam dalam merespon program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang dicanangkan pemerintah bagi warga masyarakat (terutama kelompok miskin)?
  2. Adakah dalam sejarah Islam upaya-upaya pemenuhan kesehatan bagi umat Islam yang miskin dari pemerintahan islam saat itu? Kalau ada, bagaimana planning dan implementasinya?
  3. Bagaimanakah pandangan Islam dalam melihat praktik pelayanan kesehatan yang diskriminatif bagi warga miskin dibandingkan dengan warga yang kaya, padahal si pasien miskin tadi sudah mendapatkan akses jamkesmas?
JAWABAN :
  1. Pada tataran program/konsep, Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) merupakan suatu program yang layak mendapat apresiasi dan dukungan yang konstruktif, sebab program tersebut merupakan satu di antara kewajiban yang di idialkan dalam pemerintahan Islam.
قواعد الاحكام فى مصالح الانام جز 2 ص : 75 ابن عبد السلام دار الكتب العلمية
يتصرف الولاة ونوابهم فيما ذكرنا من التصرفات بما هو الاصلح للمولى عليه درأ للضرر والفساد وجلبا للنفع والرشاد ولا يقتصر أحدهم على الصلاح مع القدرة على الآصلح الا ان يؤدى الى مشقة شديدة ولايتخيرون فى التصرف حسب تخيرهم فى حقوق انفسهم مثل ان يبيعوا درهما بدرهم او مكيلة زبيب بمثلها لقوله تعالى “ولاتقربوا مال اليتيم الا بالتى هى أحسن” وان كان هذا فى حقوق اليتامى فأولى ان يثبت فى حقوق عامة المسلمين فيما يتصرف فيه الائمة من الاموال العامة لان اعتناء الشرع بالمصالح العامة أوفر وأكثر من اعتنائه بالمصالح الخاصة وكل تصرف جر فسادا او دفع صلاحا فهو منهى عنه
“Pemerintah dan jajarannya harus mengambil kebijakan dan tindakan dengan langkah terbaik untuk rakyatnya, dengan menghindari kemudaratan dan meraih kemanfaatan. Bagi pemerintah tidak boleh hanya melakukan hal yang dinilai baik sementara dia mampu melalukan hal yang terbaik, kecuali kalau berdampak lebih buruk. Pemerintah juga tidak boleh bertindak berdasarkan pertimbangan pribadinya, seperti menjual satu keping dirham dengan harga satu dirham atau timbangan anggur dibarter dengan nilai yang sepadan, berdasarkan firman Allah: Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang paling baik. Kendatipun ayat ini berbicara dalam konteks anak yatim, maka lebih penting lagi adalah kebijakan pemerintah terhadap hal-hal yang berkaitan dengan hak-hak umat islam secara menyeluruh yang diambilkan dari dana-dana umum. Karena perhatian Islam yang menyangkut kemaslahatan bersama (umum) lebih besar porsinya daripada kemaslahatan khusus. Dan setiapkebijakan yang merugikan atau tidak menguntungkan adalah dilarang.”
الفوائد الجنية ج 2 ص 123 تأليف : ابى الفيض محمد ياسين بن عيسى الفادانى المكى
(تصرف الامام ) اى الاعظم ومثله نوابه من قاض وغيره (على الرعية) المولى هو عليهم (منوط) مقترن جوازه (بالمصلحة)( اى الاعظم) وهو السلطان او الملك او الخليفة وكذا رئيس الجمهورية الى ان قال (قوله وغيره ) الى ان فال فعليه ان يأمر بما يعم نفعه كعمارة سوق البلد وشربه ومعونة المحتاجين ويجب ذلك من بيت المال ان كان فيه مال والا فعلى من له قدرة على ذلك
”Kebijakan pemerintah terhadap rakyatnya harus dilandaskan untuk kemaslahatan… Yang dimaksud imam a’dzam meliputi sultan, raja, khalifah maupun presiden… maka wajib bagi pemerintah untuk memberi kebijakan dengan kemanfaatan yang menyeluruh, seperti membangun pasar, kedai minuman, subsidi bagi yang membutuhkan. Dan kesemuanya itu harus dialokasikan dari baitul mal (kas negara) jika memang ada, bila tidak maka bagi masyarakat umum yang mampu untuk melakukannya”
حاشية الجمل جز 5 ص ” 183
(ودفع ضرر معصوم)من مسلم وغيره ككسوة عار واطعام جائع الى ان قال (قوله ودفع ضرر معصوم)وهل المراد بدفع ضرر من ذكر ما يسد الرمق ام الكفاية قولان اصحهما ثانيهما فيجب فى الكسوة ما يستر كل البدن على حسب ما يليق بالحال من شتاء وصيف ويلحق بالطعام والكسوة ما فى معناهما كأجرة طبيب وثمن دواء وخادم منقطع كما هو واضح
”Dan diantara kewajiban yang bersifat kolektif (fardhu kifayah) adalah menyelamatkan orang yang terpelihara kemuliaannya dari hal-hal yang membahayakan, baik muslim maupun yang lain, seperti dengan memberi pakaian bagi yang telanjang, memberi makan bagi yang kelaparan… Apakah yang dimaksud dengan ’ menyelamatkan orang yang terpelihara kemuliaannya’ tadi sebatas agar terhindar dari kematian atau untuk berkecukupan? Dalam hal ini ada dua pendapat, dan yang paling kuat adalah yang kedua (kecukupan). Dengan demikian, yang wajib dalam memberi sandang adalah pakaian yang menutup seluruh tubuhyang sesuai dengan kondisinya, baik di musim panas atau dingin. Seperti halnya sandang dan pangan adalah kebutuhan yang lain seperti biaya dokter, biaya obat dan pembantu.”
  1. Pembelaan hak-hak warga masyarakat kurang mampu/tertindas adalah salah satu missi ajaran Islam yang pemenuhannya melalui anggota warga masyarakat yang mampu, lebih-lebih para penguasa selaku pemegang amanat  warga masyarakat yang berada dibawah kekuasaanya. Di antara pelaku sejarah yang peduli itu adalah Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq dengan komitmennya menyeimbangkan antara hak-hak pihak yang lemah dan kewajiban pihak yang kuat, Khalifah Umar bin Khaththab yang pernah mewajibkan diri tidak makan enak disaat rakyat dilanda krisis pangan, namun juga tidak berkenyang-kenyang disaat suasana telah kembali membaik dan Khalifah Umar bin Abd al-Aziz yang sangat serius memperhatikan para mantan budak Rasulullah SAW.
الادب النبوى ص : 201 – 202
الرعية أمانة فى يد الراعى يجب عليه القيام بحفظها وحسن التعهد والعمل لمصلحتها فمن ولاه الله شؤون الخلق من ملك وأمير ورئيس ووزير ومدير الى ان قال يجب عليه ان يحوطهم بنصحه ويخلص لهم فى حكمه فيكون لهم كما يكون لنفسه
“Rakyat adalau sebuah amanah bagi para pemimpin. Mereka wajib untuk melindungi rakyatnya dan mensejahterakannya. Barangsiapa diangkat oleh Allah untuk mengurus urusan makhluk, baik sebagai raja, pemimpin, ketua, mentri, dan yang lain, dia wajib untuk membentengi dan menyelamatkan rakyatnya. Sehingga dia memperlakukan rakyatnya seperti yang dia lakukan dirinya sendiri.”
جامع المسانيد والمراسيل جز 13 ص : 85 الجلال السيوطى دار الفكر 1994
وَإِنَّ اللَّهَ قَدْ جَمَعَ أَمْرَكُمْ عَلٰى خَيْرِكُمْ صَاحِبِ رَسُولِ اللَّهِ وَثَانِي اثنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ فَقُومُوا فَبَايِعُوهُ، فَبَايَعَ النَّاسُ أَبَا بَكْرٍ بَيْعَةَ العَامَّةِ بَعْدَ بَيْعَةِ السقيفَةِ، ثُمَّ تَكَلَّمَ أَبُو بَكْرٍ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَىٰ عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: أَمَّا بَعْدُ أَيُّها النَّاسُ، فَإِني قَدْ وُليتُ عَلَيْكُمْ وَلَسْتُ بِخَيْرِكُمْ، فَإِنْ أَحْسَنْتُ فَأَعِينُونِي، وَإِنْ أَسَأْتُ فَقَومُونِي، الصدْقُ أَمَانَةٌ وَالْكَذِبُ خِيَانَةٌ، وَالضَّعِيفُ فِيكُمْ قَوِيٌّ عِنْدِي حَتَّى أُرِيحَ عَلَيْهِ حَقَّهُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ، وَالْقَوِيُّ فِيكُمْ ضَعِيفٌ حَتَّىٰ آخُذَ الْحَقَّ مِنْهُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ، لاَ يَدَعُ قَوْمٌ الْجِهَادَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ ضَرَبَهُمُ اللَّهُ بِالذُّل، وَلاَ تَشِيعُ الفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ إِلاَّ عَمَّهُمُ اللَّهُ بَالبَلاَءِ، وَأَطِيعُونِي مَا أَطَعْتُ اللَّهَ وَرَسُولَهُ، فَإِذَا عَصَيْتُ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَلاَ طَاعَةَ لِي عَلَيْكُمْ، قُومُوا إِلٰى صَلاَتِكُمْ يَرْحَمُكُمْ اللَّهُ» (ابن إِسْحَاق في السيرَة) قال ابن كثير: إِسْنَادُه صحيح.
“Pidato terpilihnya Sayyidina Abu Bakar sebagai Khalifah: Amma Ba’du, wahai manusia! Sungguh saya telah diankat menjadi pemimpin kalian, dan saya bukan orang terbaika dari kalian. Jika saya berbuat baik maka tolongilah saya, jika saya berbuat buruk maka luruskanlah saya. Kejujuran adalah amanah, dan kebohongan adalah khianat. Orang yang lemah diantara kalian adalah orang kuat disisi saya, hingga saya memberikan hak mereka, Insyaallah. Dam orang yang kuat diantara kalian adalah orang yang lemah disisi saya, hingga saya mengambil hak dari mereka, Insyaallah.  Sebuah bangsa yang meninggalkan Jihad Fi Sabililla akan dinistakan oleh Allah. Dosa-dosa yang telah bertebaran di sebuah bangsa akan diberi bala’ oleh Allah secara merata. Taatlah kepada saya selama saya taat kepada Allah dan Rasulnya, jika saya durhaka pada Allah dan Rasulnya maka kalian tidak boleh taat kepada saya. Bangunlah untuk melaksanakan salat, Allah akan mengasihi kalian. “
البداية والنهاية جز 7 ص 90 لابن كثير الدمشقى
وقد أجدبت الناس في هذه السنة بأرض الحجاز، وجفلت الاحياء إلى المدينة ولم يبق عند أحد منهم زاد فلجأوا إلى أمير المؤمنين فأنفق فيهم من حواصل بيت المال مما فيه من الاطعمة والاموال حتى أنفده، وألزم نفسه أن لا يأكل سمنا ولا سمينا حتى يكشف ما بالناس، فكان في زمن الخصيب يبث له الخبز باللبن والسمن، ثم كان عام الرمادة يبث له بالزيت والخل، وكان يستمرئ الزيت وكان لا يشبع مع ذلك، فاسود لون عمر رضي الله عنه وتغير جسمه حتى كاد يخشى عليه من الضعف واستمر هذا الحال في الناس تسعة أشهر، ثم تحول الحال إلى الخصب والدعة وانشمر الناس عن المدينة إلى أماكنهم.
“Krisis yang terjadi di Hijaz (Makah, Madinah dan Thaif) dan kondisi penduduk Madinah yang memprihatinkan, ditambah dengan habisnya harta perbekalangan mereka, mendorong mereka mendatangi Amirul Mukminin, Sayyidina Umar bin Khattab. Kemudian beliau mengeluarkan semua hasil pendapatan Baitul Mal (kas negara), baik berupa makanan atau uang, hingga habis. Beliau sendiri berjanji untuk tidak makan enak hingga penderitaan rakyatnya hilang. Maka, di musim dingin beliau hanya makan roti dan susu. Sementara di musim panas makan dari olahan minyak (zait) dan cuka. Demikian seterusnya kondisi beliau yang tidak pernah kenyang. Warna kulit beliau berubah menjadi hitam, tubuhnya menjadi kurus hingga dikhawatirkan makin melemah. Kondisi semacam ini tetap berlanjut selama 9 bulan. Kemudian krisis menghilang menuju ke arah kemakmuran. Dan penduduk madinah mulai kembali ke rumah masing-masing.”
البداية والنهاية – (ج 5 / ص 336)
كان عمر بن عبد العزيز رحمه الله شديد الاعتناء بموالي رسول الله صلى الله عليه وسلم، يحب أن يعرفهم ويحسن إليهم وقد كتب في أيام خلافته إلى أبي بكر بن حزم عالم أهل المدينة في زمانه: أن يفحص له عن موالي رسول الله صلى الله عليه وسلم الرجال والنساء وخدامه رواه الواقدي: وقد ذكره أبو عمر مختصرا وقال لا أعلم له رواية، حكاه ابن الاثير في [ أسد ] الغابة
“Khalifah Umar bin Abdul Aziz (dari dinasti Umayyah) memiliki perhatian yang besar kepada para budak yang dimerdekakan oleh Rasulullah Saw. Beliau selalu ingin tahu dan berbuat baik pada mereka. Dan disaat beliau menjabat sebagai khalifah pernah mengirim surat pada Abu Bakar bin Hazm, tokoh ulama di Madinah dimasanya, agar mencari para budak yang dimerdekakan oleh Rasulullah Saw, baik laki-laki atau perempuan dan para pembantunya.”
عيون الأنباء في طبقات الأطباء – (ج 1 / ص 325)
قال ابن جلجل ورأيت له اثني عشر صبياً صقالبة، طباخين للأشربة، صنّاعين للمعجونات ما بين يديه، وكان قد استأذن أمير المؤمنين المستنصر أن يعطي منها ما احتاج من المساكين والمرضى، فأباح له ذلك، وكان يداوي العين مداواة نفيسة، وله بقرطبة آثار في ذلك، وكان يواسي بعلمه صديقه وجاره والمساكين والضعفاء
“Ibnu Jaljal berkata: Umar bin Yunus memiliki 12 tenaga medis yang ahli dalam meracik dan meramu obat. Dia pernah meminta izin kepada Khalifah al-Mustanshir untuk membagikan obat-obatan secara gratis pada orang miskin dan para penderita penyakit, dan Khalifah menyetujuinya. Umar bin Yunus memiliki keahlian di bidang penyakit mata. Di Kordova (Spanyol) peninggalan miliknya diabadikan. Dia juga dikenal bersahaja kepada teman dan tetangganya dalam hal menularkan ilmunya, baik kepada orang miskin atau yang lemah.”
  1. Diskriminasi adalah tindakan pembedaan yang memunculkan lahirnya ketidak adilan/ketidak wajaran. Perbedaan perlakuan tidak selalu lahir dari diskriminasi. Banyak pula perbedaan perlakuan yang merupakan konsekwensi logis dari adanya sesuatu yang memang berbeda, dimana kalau disamaratakan yang terjadi justru malah ketidak adilan. Jadi perbedaan perlakuan adakalanya sebagai tindakan diskriminatif dan ada pula sebagai tindakan yang proporsional.
Adapun tentang perlakuan berbeda dalam hal pelayanan kesehatan bagi warga miskin jika kita bandingkan dengan warga yang kaya, maka apabila di sana terbukti terdapat tindakan diskriminatif, maka perlakuan berbeda tersebut hukumnya haram karena masuk katagori tindakan yang zhalim.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآَنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ  (المائدة :
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil, berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Maidah :
ادب الدنيا والدين ص : 136

والذى يلزم سلطان الامة من امورها سبعة أشياء : (أحدها) حفظ الدين الى ان قال (والرابع ) تقدير ما يتولاه من الاموال بسنن الدين من غير تحريف فى أخذها واعطائها الى ان قال عدل الانسان فيمن دونه كالسلطان فى رعيته والرئيس مع صحابته فعدله فيهم يكون بأربعة أشياء : باتباع الميسور وحذف المعسور وترك التسلط بالقوة وابتغاء الحق فى الميسور
“Kewajiban bagi pemimpin meliputi empat hal. Diantaranya menjaga agama… keempat, pemerintah harus menganggarkan kebutuhan rakyatnya yang sesuai dengan norma agama, tanpa ada penyelewengan, baik ketika memungut atau ketika mengalokasikan… Subtansi keadilan ada 4 aspek: Memberikan kemudahan, menghilangkan kesulitan, tidak otoriter dan mencari kebenaran dalam kemudahan”
تفسير القرطبى جز 5 ص : 255 ابو عبد الله القرطبى دار الكتب العلمية
قال تعالى ان الله يأمركم ان تؤدوا الامانات الى أهلها الاية وقد اختُلِف مَن المخاطب بها؛ فقال علي بن أبي طالب وزيد بن أسلم وشَهْر بن حَوْشَب وابن زيد: هذا خطاب لولاة المسلمين خاصَّة، فهي للنبي صلى الله عليه وسلّم وأُمَرائه، ثم تتناول من بعدهم. الى ان قال والأظهر في الآية أنها عامة في جميع الناس فهي تتناول الولاة فيما اؤتمن إليهم من الأمانات في قسمة الأموال ورد الظلامات والعدل في الحكومات. وهذا اختيار الطبري.
“Firman Allah yang artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kalian untuk menyampaikan amanah kepada mereka yang berhak menerimanya” (An Nisa’ 58) Para ulama berbeda pendapat tentang siapa yang menjadi khithab (pihak yang diperintah) dari ayat tersebut. Menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Aslam, Syahr bin Hausyab dan Ibnu Zaid, ayat tersebut ditujukan secara khusus bagi pemerintah umat Islam. Dengan demikian ayat tersebut ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw dan para pemimpin saat itu, kemudian ditujukan kepada pemerintahan setelah Rasul… menurut pendapat yang lebih kuat, ayat ini ditujukan secara umum kepada semua pemimpin yang diberi amanah, baik dalam hal pembagian harta, pengembalian hak-hak yang diambil secara dzalim dan dalam hal hukuman. Pendapat terakhir ini adalah pendapat Thabari.”
قواعد الاحكام فى مصالح الانام جز 2 ص : 75 ابن عبد السلام دار الكتب العلمية
يتصرف الولاة ونوابهم فيما ذكرنا من التصرفات بما هو الاصلح للمولى عليه درأ للضرر والفساد وجلبا للنفع والرشاد ولا يقتصر أحدهم على الصلاح مع القدرة على الآصلح الا ان يؤدى الى مشقة شديدة ولايتخيرون فى التصرف حسب تخيرهم فى حقوق انفسهم مثل ان يبيعوا درهما بدرهم او مكيلة زبيب بمثلها لقوله تعالى “ولاتقربوا مال اليتيم الا بالتى هى أحسن” وان كان هذا فى حقوق اليتامى فأولى ان يثبت فى حقوق عامة المسلمين فيما يتصرف فيه الائمة من الاموال العامة لان اعتناء الشرع بالمصالح العامة أوفر وأكثر من اعتنائه بالمصالح الخاصة وكل تصرف جر فسادا او دفع صلاحا فهو منهى عنه
“Pemerintah dan jajarannya harus mengambil kebijakan dan tindakan dengan langkah terbaik kepada rakyatnya, untuk menghindari kemudaratan dan meraih kemanfaatan. Bagi pemerintah tidak boleh hanya melakukan hal yang dinilai baik sementara dia mampu melalukan hal yang terbaik, kecuali kalau berdampak lebih buruk. Pemerintah juga tidak boleh bertindak berdasarkan pertimbangan pribadinya, seperti menjual satu keping dirham dengan harga satu dirham atau timbangan anggur dibarter dengan nilai yang sepadan, berdasarkan firman Allah yang artinya: “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang paling baik.” Kendatipun ayat ini berbicara dalam konteks anak yatim, maka lebih penting lagi adalah kebijakan pemerintah terhadap hal-hal yang berkaitan dengan hak-hak umat islam secara menyeluruh yang diambilkan dari dana-dana umum. Karena perhatian Islam yang menyangkut kemaslahatan bersama (umum) lebih besar porsinya daripada kemaslahatan khusus. Dan setiapkebijakan yang merugikan atau tidak menguntungkan adalah dilarang.”

Komentar