Hasil Bahtsul Masail PWNU Jatim 1986 di PP. Asembagus Situbondo
Bagaimana hukumnya operasi plastik di wajah? Dan Sahkah wudlunya?
Bagaimana hukumnya operasi plastik di wajah? Dan Sahkah wudlunya?
Jawab:
Operasi
plastic pada wajah termasuk katagori تغيير خلق الله
(merubah ciptaan Allah) yang dilarang oleh
syara’. Kecuali ada kebutuhan yang dibenarkan oleh syara’, seperti dalam rangka
pengobatan atau pemulihan akibat kecelakaan dan sejenisnya. Tentang wudlunya
ditafsil. Apabila sudah التحام (menyatu/melekat) maka sah, dan apabila belum,
maka tidak sah.
Dasar pengambilan:
- QS. An-Nisa’: 119
وَلأضِلَّنَّهُمْ
وَلأمَنِّيَنَّهُمْ وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ الأنْعَامِ
وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ
وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا
Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka,
dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka
(memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya,
dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka
merubahnya. Barang siapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah,
Maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.
- Is’adu ar-Rofiq, Juz I, Hlm. 122
فىِ خَبَرِ الصَّحِيْحَيْنِ: لَعَنَ اللهُ الْوَاصِلَةَ وَاْلوَاشِمَةَ
وَالْمُسْتَوْشِمَةَ وَالْوَاشِرَةَ وَالْمُسْتَوْشِرَةَ وَالنَّامِصَةَ
وَالْمُنْتَمِصَةَ.
Didalam hadits Imam Bukhori
dan Muslim: (yang artinya) Allah melaknat perempuan yang menyambung rambutnya
dengan rambut orang lain, dan orang yang membuat tato dan yang ditatonya, dan
orang yang meruncingkan (memangir) giginya dan yang dipangurnya. Dan orang yang
menghilangkan rambut muka (mengerik alis/bulu lentik) dan yang
dikeriknya.
- Is’adu ar-Rofiq, Juz I, Hlm. 123
أَمَّا لَوِ احْتَاجَتْ إِلَيْهِ لِنَحْوِ عَيْبٍ فِى السِّنِّ أَوْ
عِلاَجٍ فَلاَ بَأْسَ بِهِ كَمَا قَالَهُ الْكُرْدِىّ.
Adapun apabila ada hajat/kebutuhan yang
mendesak dalam memangur giginya, seperti cacat didalam gigi, atau untuk
mengobati maka tidak apa-apa (boleh) perbuatan tersebut, seperti yang telah
dikatakan oleh Imam Kurdi.
- Fathu al-Bari, Juz X, Hlm. 273
قَوْلُهُ: (وَالْمُتَفَلِّجَاتِ لِلْحُسْنِ) يُفْهَمُ مِنْهُ أَنَّ
الْمَذْمُومَةَ مَنْ فَعَلَتْ ذَلِكَ ِلأَجْلِ الْحُسْنِ فَلَوْ اِحْتَاجَتْ إِلَى
ذَلِكَ لِمُدَاوَاةٍ مَثَلاً جَازَ.
(Dan orang-orang yang merenggangkan giginya,
untuk memperindah). Dari situ dapat diambil kefahaman, bahwa yang tercela (tidak
boleh) itu, merenggangkan gigi yang bertujuan untuk mempercantik/memperindah.
Namun seandainya hal itu diperlukan, seperti untuk mengobati, maka
diperbolehkan.
- al-Qulyubi, Juz I, Hlm. 39
وَيَجِبُ غَسْلُ يَدٍ الْتَصَقَتْ فِي مَحَلِّ يَدِهِ وَلَوْ مِنْ
غَيْرِ صَاحِبِهَا بَعْدَ قَطْعِهَا بِحَرَارَةِ الدَّمِ، بِحَيْثُ يُخْشَى مِنْ
إزَالَتِهَا مَحْذُورُ تَيَمُّمٍ، وَيَجِبُ غَسْلُ ظَاهِرِ كَفٍّ أَوْ أُصْبُعٍ
مِنْ نَحْوِ نَقْدٍ، وَغَسْلُ مَوْضِعِ شَوْكَةٍ إنْ كَانَ لَوْ قُلِعَتْ لاَ
يَنْطَبِقُ مَوْضِعُهَا، وَلاَ يَصِحُّ الْوُضُوءُ مَعَهَا وَإِلاَّ
فَلاَ
Wajib membasuh tangan yang
sudah melekat pada tempatnya tangan meskipun bukan tangan muliknya, setelah
diputuskan dengan menyatunya/mengalirkan darah, sekira membahayakan apabila
dihilangkan sampai batas bahaya yang memperbolehkan tayammum. Dan wajib membasuh
luarnya telapak tangan pada tempatnya, dan tidak sah wudlu bersama penghalang,
kalau tidak menjadi penghalang tetapi sudah menjadi satu maka tidak wajib
membasuh bekas dzohir potongan
Komentar
Posting Komentar