Hasil Bahtsul Masail 1980 di PP.Qomaruddin Bungah Gresik
Diskripsi Masalah
Ada orang melakukan ibadah haji dengan istrinya, kedua suami istri itu sudah tiga kali melakukan haji, kemudian pada waktu sudah masuk karantina suaminya meninggal dunia dan si istri akan melakukan perjalanan haji dengan mahrom keponakannya. Tetapi oleh seorang ulama tidak diperkenankan dengan alasan bahwa ibadah haji perempuan itu hukumnya sunat, sedangkan ihdad dan tidak keluar rumahnya itu hukumnya wajib.
Pertanyaan:
Diskripsi Masalah
Ada orang melakukan ibadah haji dengan istrinya, kedua suami istri itu sudah tiga kali melakukan haji, kemudian pada waktu sudah masuk karantina suaminya meninggal dunia dan si istri akan melakukan perjalanan haji dengan mahrom keponakannya. Tetapi oleh seorang ulama tidak diperkenankan dengan alasan bahwa ibadah haji perempuan itu hukumnya sunat, sedangkan ihdad dan tidak keluar rumahnya itu hukumnya wajib.
Pertanyaan:
Apakah
larangan atau alasan itu benar atau tidak? dan apakah tidak termasuk dalam
kaidah:
الْحَاجَةُ تَنْزِلُ مَنْزِلَةَ الضَّرُوْرَةِ
Sedangkan
الضَّرُوْرَةُ تُبِيْحُ الْمَحْظُوْرَةَ
Jawab:
Perempuan tersebut boleh memilih antara menunda
dan melangsungkan perjalanan hajinya, tetapi menundanya lebih utama.
Dasar
Pengambilan:
- Al-Mahalli, Juz I, Hlm. 56
- Al-Um, Juz V, Hlm. 228
وَإِنْ أَذِنَ لَهَا بِالسَّفَرِ فَخَرَجَتْ أَوْ خَرَجَ بِهَا
مُسَافِرًا إِلَى حَجٍّ أَوْ بَلَدٍ مِنَ الْبُلْدَانِ فَمَاتَ عَنْهَا أَوْ
طَلَّقَهَا طَلاَقًا لاَ يَمْلِكُ فِيْهِ الرَّجْعَةَ فَسَوَاءٌ وَلَهَا الْخِيَارُ
فِي اَنْ تَمْضِيَ فِي سَفَرِهَا ذَاهِبَةً أَوْ جَائِيَةً وَلَيْسَ عَلَيْهَا أَنْ
تَرْجِعَ إِلَى بَيْتِهِ قَبْلَ أَنْ يَنْقَضِيَ سَفَرُهَا.
Jika seseorang mengizinkan isterinya
pergi, kemudian istrinya pergi atau perjalanan untuk haji, atau pergi ke lain
Negara, kemudian suaminya meninggal dunia, atau menalaq istrinya dengan talaq
yang tidak rujuk, maka istri boleh memilih untuk meneruskan perjalanannya pergi
atau datang (ke rumahnya). Dan tidak wajib bagi isteri tersebut langsung pulang
ke rumah suaminya sebelum selesai perjalanan.
فَإِذَا انْتَقَلَتْ بِبَدَنِهَا وَإِنْ لَمْ تَنْتَقِلْ بِمَتَاعِهَا
ثُمَّ طَلَّقَهَا أَوْ مَاتَ عَنْهَا اُعْتُدَّتْ فِي الْمَوْضِعِ الَّذِي
انْتَقَلَتْ إِلَيْهِ بِإِذْنِهِ (قَالَ) سَوَاءٌ أَذِنَ لَهَا فِي مَنْزِلٍ
بِعَيْنِهِ أَوْ قَالَ لَهَا اِنْتَقِلِيْ حَيْثُ شِئْتِ أَوِ انْتَقَلَتْ بِغَيْرِ
إِذْنِهِ فَأَذِنَ لَهَا بَعْدُ فِي الْمَقَامِ فِي ذَلِكَ الْمَنْزِلِ كُلُّ هَذَا
فِي أَنْ تُعْتَدَّ فِيْهِ سَوَاءٌ (قَالَ) وَلَوِ انْتَقَلَتْ بِغَيْرِ إِذْنِهِ
ثُمَّ يَحْدُثُ لَهَا إِذْنًا حَتَّى طَلَّقَهَا أَوْ مَاتَ عَنْهَا رَجَعَتْ
فَاعْتُدَّتْ فِي بَيْتِهَا الَّذِي كَانَتْ تَسْكُنُ مَعَهُ فِيْهِ. وَهَكَذَا
السَّفَرُ يَأْذِنُ لَهَا بِهِ فَإِنْ لَمْ تَخْرُجْ حَتَى يُطَلِّقَهَا أَوْ
يُتَوَفَّى عَنْهَا أَقَامَتْ فِي مَنْزِلِهَا وَلَمْ تَخْرُجْ مِنْهُ حَتَّى
تَنْقَضِيَ عِدَّتُهَا وَإِنْ أَذِنَ لَهَا بِالسَّفَرِ فَخَرَجَتْ أَوْ خَرَجَ
بِهَا مُسَافِرًا إِلَى حَجٍّ أَوْ بَلَدٍ مِنَ الْبُلْدَانِ فَمَاتَ عَنْهَا أَوْ
طَلَّقَهَا طَلاَقًا لاَ يَمْلِكُ فِيْهِ الرَّجْعَةَ فَسَوَاءٌ وَلَهَا الْخِيَارُ
فِي اَنْ تَمْضِيَ فِي سَفَرِهَا ذَاهِبَةً أَوْ جَائِيَةً وَلَيْسَ عَلَيْهَا أَنْ
تَرْجِعَ إِلَى بَيْتِهِ قَبْلَ أَنْ يَنْقَضِيَ سَفَرُهَا فَلَا تُقِيْمُ فِي
الْمِصْرِ اَّلذِي أَذِنَ لَهَا فِي السَّفَرِ إِلَيْهِ إِلاَّ أَنْ يَكُوْنَ
أَذِنَ لَهَا فِي الْمُقَامِ فِيْهِ أَوْ فِي النَّقْلَةِ إِلَيْهِ فَيَكُوْنُ
ذَلِكَ عَلَيْهَا إِذَا بَلَغَتْ ذَلِكَ الْمِصْرَ.
Jika seseorang mengizinkan
istrinya pergi, kemudian istrinya pergi atau pergi untuk haji, atau pergi ke
Negara lain, kemudian suaminya meninggal dunia atau mentalak istrinya dengan
talak tidak ruju’ maka bagi istri boleh memilih untuk meneruskan perjalanannya
pergi atau datang (ke rumahnya). Dan tidak wajib bagi istri tersebut langsung
pulang ke rumah suaminya sebelum selesai perjalanan.
- Al-Idloh, Hlm. 60
اِنَّهُ لَوْ مَاتَ مَثَلاً قَبْلَ اِحْرَامِهَا لَزِمَهَا الرُّجُوْعُ
مَعَهُ وَإِلاَّ فَالَّذِىْ يَظْهَرُ أَنَّه يَنْظُرُ اِلَى مَاهُوَ مَظِنَّةُ
السَّلَامَةِ وَاْلأَمْنِ أَكْثَرُ.
Sesungguhnya seandainya
suaminya mati sebelum dia (istri) ihrom maka wajib baginya pulang ke rumah
suaminya, jika tidak pulang, maka menurut yang dhohir dipandang dari prasangka
selamat, dan aman yang lebih banyak.
Komentar
Posting Komentar