Hasil
Bahtsul Masail tahun1980 di PP.Qomaruddin Bungah
Masalah:
- Pada masa sekarang ini kebanyakan dokter mengobati luka-luka yang ada dalam anggota wudlu dengan plester (jabiroh) yang tidak boleh dibuka sebelum sembuh, sedang pemakaiannya pada waktu hadast (tidak suci)
Kalau menurut
kitab Kifayatul Akhyar Juz 1 hal 38 syarat-syaratnya berat, yakni :
a. Harus dalam keadaan suci
b. Pemasangan harus menurut
tertibnya anggota yang dibasuh ketika wudlu
c. Banyaknya tayamum
berulangkali menurut jumlah jabiroh dalam anggota wudlu
Pertanyaan:
Apakah ada
qoul ringan, misalnya:
·
Pemasangan boleh pada saat hadats
·
Boleh tayamum setelah usai wudlu
·
Bertayamum hanya satu kali saja walaupun jabirohnya lebih
dari satu
Jawab:
Ada pendapat yang ringan seperti yang tertera
dalam kitab sbb:
- Al-Mizan, Juz I, Hlm. 135
وَمِنْ ذَلِكَ قَوْلُ اْلإِمَامِ الشَّافِعِىِّ مَنْ كَانَ بِعُضْوٍ
مِنْ أَعْضَائِهِ جَرْحٌ اَوْكَسْرٌ اَوْ قُرُوْحٌ وَاَلْصَقَ عَلَيْهِ جَبِيْرَةً
وَخَافَ مِنْ نَزْعِهَا التَّلَفَ اَنَّهُ يَمْسَحُ عَلَى الْجَبِيْرَةِ
وَتَيَمَّمَ مَعَ قَوْلِ أَبِى حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ اَنَّهُ اِنْ كَانَ بَعْضُ
جَسَدِهِ صَحِيْحًا وَبَعْضُهُ جَرِيْحًا وَلَكِنِ اْلأَكْثَرُ هُوَ الصَّحِيْحُ
غَسْلُهُ وَسَقَطَ حُكْمُ الْجَرِيْحِ وَيُسْتَحَبُّ مَسْحُهُ بِالْمَاءِ. وَاِنْ
كَانَ الصَّحِيْحُ هُوَ َاْلأَقَلَّ تَيَمَّمَ وَسَقَطَ غَسْلُ اْلعُضْوِ
الصَّحِيْحِ وَقَالَ أَحْمَدُ يُغْسَلُ الصَّحِيْحُ وَتَيَمَّمَ عَنِ الْجَرِيْحِ
مِنْ غَيْرِ مَسْحٍ لِلْجَبِيْرَةِ. وَوَجْهُ اْلأَوَّلِ اْلأَخْذُ
بِاْلإِحْتِيَاطِ بِزِيَادَةِ وُجُوْبِ مَسْحِ الْجَبِيْرَةِ لِمَا تَأْخُذُهُ مِنَ
الصَّحِيْحِ غَالِبًا لِلاِسْتِمْسَاكِ. وَوَجْهُ الثَّانِى أَنَّهُ اِذَاكَانَ
اْلأَكْثَرُ الْجَرِيْحَ اْلقَرْحَ فَالْحُكْمُ لَهُ ِلأَنَّ شِدَّةَ اْلأَلَمِ
حِيْنَئِذٍ أَرْجَحُ فِى طَهَارَةِ الْعُضْوِ مِنْ غَسْلِهِ بِالْمَاءِ فَاِنَّ
اْلأَمْرَاضَ كَفَّارَاتٌ لِلْخَطَايَا.
Menurut imam Syafi’i: orang yang di
anggauta wudlunya ada luka atau bengkak kemudian diperban dan ia takut mengusap
perban dan bertayamum. Menurut imam Hanafi dan malik: jika yang sakit lebih
kecil daripada yang sehat, maka cukup membasuh yang sehat dan disunnahkan
mengusap yang sakit. Apabila yang sehat lebih kecil, maka hanya wajib tayamum.
Dan tidak wajib membasuh anggota yang sehat. Menurut imam Ahmad, membasuh
anggota yang wajib dan tayamum untuk sakit tidak wajib mengusap perban. Pendapat
pertama mengambil langkah yang berhati-hati, dengan menambahkan: wajibnya
mengusap tambalan (perban) karena diambil pada anggota badan yang shohih/sehat
secara umum untuk penanggulangan. Pendapat yang kedua, ketika yang lebih banyak
itu luka atau koreng, maka hukum berada padanya. Karena parahnya sakit saat
demikian, lebih diutamakan dalam penyucian anggota badan dibanding harus
membasuh dengan air. Karena penyakit itu adalah menghapus terhadap kesalahan
(dosa).
- Al-Qalyubi, Juz I, Hlm. 97
(فَاِنْ تَعَذَّرَ) نَزْعُهُ لِخَوْفِ مَحْذُوْرٍ مِمَّا ذَكَرَهُ فِى
شَرْحِ الْمُهَذَّبِ (قَضَى) مَعَ مَسْحِهِ بِالْمَاءِ (عَلَى الْمَشْهُوْرِ)
ِلانْتِفَاءِ شُبْهِهِ حِيْنَئِذٍ بِالْخُفِّ وَالثَّانِى لَايَقْضِى لِلْعُذْرِ
وَالْخِلاَفُ فِى الْقِسْمَيْنِ فِيْمَا اِذَا كَانَ السَّاتِرُ عَلَى غَيْرِ
مَحَلِّ التَّيَمُّمِ فَاِنْ كَانَ عَلَى مَحَلِّهِ قَضَى قَطْعًا لِنَقْصِ
الْبَدَلِ وَالْمُبْدَلِ جَزَمَ بِهِ فِى أَصْلِ الرَّوْضَةِ وَنَقَلَهُ فِى شَرْحِ
الْمُهَذَّبِ ... اِلَى اَنْ قَالَ: اْلاَظْهَرُ اَنَّهُ اِنْ وَضَعَ عَلَى طُهْرٍ
فَلاَ اِعَادَةَ وَاِلاَّ وَجَبَتْ. اِنْتَهَى وَعَلَى الْمُخْتَارِ السَّابِقِ
لَهُ لاَ تَجِبُ.
Apabila ada udzur untuk melepas ( tambal)
seperti apa yang disebut dalam syarah muhadzab maka wajib mengqodoi shalatnya dan mengusapnya dengan air menurut
yang mashur, karena hal ini tidak ada keserupaan, dengan pemakai muzah ( alas
kaki arab ). Menurut pendapat yang kedua tidak perlu qodlo shalatnya ( bila
dilakukan ) karena termasuk udzur, perbedaan pendapat di dalam dua kelompok
tersebut, dalam mas’alah, penutup (tambal) yang terdapat selain anggota tayamum
(seperti lengan/muka) maka jelas harus mengqodlo shalatnya, karena ada kurangnya
antara pengganti dan yang diganti. Hal itu diyakini oleh imam nawawi didalam
aslinya kitab Roudloh dan menukilnya didalam kitab syarah al-muhadzab, S/d ….
Menurut yang adzhar, jika waktu memasang penutup (tambal) itu dalam kondisi
suci, maka tidak perlu mengulang shalatnya, kalau tidak suci maka wajib
mengulang. Menurut yang mashur ( terpilih ) yang dahulu tidak
wajib.
- Al-Qalyubi, Juz I, Hlm. 84
(فَإِنْ كَانَ) مَنْ بِهِ الْعِلَّةُ (مُحْدِثًا فَاْلأَصَحُّ
اشْتِرَاطُ التَّيَمُّمِ وَقْتَ غَسْلِ الْعَلِيلِ) رِعَايَةً لِتَرْتِيبِ
الْوُضُوءِ، وَالثَّانِي يَتَيَمَّمُ مَتَى شَاءَ كَالْجُنُبِ ِلأَنَّ التَّيَمُّمَ
عِبَادَةٌ مُسْتَقِلَّةٌ، وَالتَّرْتِيبُ إنَّمَا يُرَاعَى فِي الْعِبَادَةِ
الْوَاحِدَةِ. (فَإِنْ جُرِحَ عُضْوَاهُ) أَيْ الْمُحْدِثِ (فَتَيَمُّمَانِ) عَلَى
اْلأَصَحِّ الْمَذْكُورِ، وَعَلَى الثَّانِي تَيَمُّمٌ وَاحِدٌ، وَكُلٌّ مِنْ
الْيَدَيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ كَعُضْوٍ وَاحِدٍ، وَيُنْدَبُ أَنْ يُجْعَلَ كُلَّ
وَاحِدَةٍ كَعُضْوٍ .الشَّرْحُ: قَوْلُهُ: (فَتَيَمُّمَانِ) أَيْ إنْ وَجَبَ التَّرْتِيبُ
بَيْنَهُمَا وَإِلاَّ كَمَا لَوْ عَمَّتِ الْعِلَّةُ الْوَجْهَ وَالْيَدَيْنِ
فَيَكْفِي لَهُمَا تَيَمُّمٌ وَاحِدٌ عَنْهُمَا، وَكَذَا لَوْ عَمَّتْ جَمِيْعَ
اْلأَعْضَاءِ لِسُقُوطِ التَّرْتِيبِ.
Jika
pada diri seseorang yang berhadats terdapat luka maka menurut pendapat yang
paling shahih adalah disyaratkannya tayammum pada saat membasuh anggota badan
yang terluka karena menjaga tertibnya wudlu. Dan menurut pendapat yang kedua,
dia boleh bertayammum kapanpun dia mau seperti junub (mandi besar), karena
tayammum adalah ibadah yang terpisah, sedangkan menjaga tertib adalah berlaku
pada satu ibadah. Seandainya terdapat dua luka pada anggota wudlu orang
berhadats maka menurut pendapat ashah adalah bertayammum dua kali, sedangkan
menurut pendapat yang kedua cukup dengan satu kali tayammum, dan setiap tangan
dan kaki dihukumi seperti satu anggota, namun disunnahkan menjadikan setiap satu
anggota sebagai satu bagian. (Syarh): yang dimaksud dengan dua kali tayammum
adalah jika diwajibkan tertib antara keduanya. Namun jika tidak diwajibkan
tertib antara keduanya seperti luka tersebut merata pada wajah dan kedua tangan
maka cukup dengan satu kali tayammum bagi keduanya. Begitu pula jika luka
tersebut merata pada seluruh anggota wudlu, karena gugurnya tertib yang
(disyaratkan).
Komentar
Posting Komentar