Masalah
Sejumlah air yang berubah sebab najis, misal air peceren/
got/ limbah, setelah diproses dengan disaring dan diberi bahan kimia, air itu
akan menjadi bersih, jernih dan steril (tidak mengandung hama) apakah air ini
dapat digolongkan air suci mensucikan ?
Jawab :
Air tersebut dapat menjadi Thahir Muthahir
apabila telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam kitab fiqh yang
antara lain air tersebut telah menjadi mutlak.
Dasar Pengambilan
المهذب الجزء الاول صحيفة 6-7
إذَا أَرَادَ تَطْهِيرَ الْمَاءِ النَّجِسِ نُظِرَ , فَإِنْ كَانَتْ
نَجَاسَتُهُ بِالتَّغَيُّرِ وَهُوَ أَكْثَرُ مِنْ قُلَّتَيْنِ طَهُرَ , بِأَنْ
يَزُولَ التَّغَيُّرُ بِنَفْسِهِ أَوْ بِأَنْ يُضَافَ إلَيْهِ مَاءٌ آخَرُ , أَوْ
بِأَنْ يُؤْخَذَ بَعْضُهُ ; لِأَنَّ النَّجَاسَةَ بِالتَّغَيُّرِ , وَقَدْ زَالَ )
( وَإِنْ طُرِحَ فِيهِ تُرَابٌ أَوْ جِصٌّ فَزَالَ التَّغَيُّرُ فَفِيهِ قَوْلَانِ
, قَالَ فِي الْأُمِّ : لَا يَطْهُرُ كَمَا لَا يَطْهُرُ إذَا طُرِحَ فِيهِ
كَافُورٌ أَوْ مِسْكٌ فَزَالَتْ رَائِحَةُ النَّجَاسَةِ , وَقَالَ فِي حَرْمَلَةَ :
يَطْهُرُ , وَهُوَ الْأَصَحُّ ; لِأَنَّ التَّغَيُّرَ قَدْ زَالَ فَصَارَ كَمَا
لَوْ زَالَ بِنَفْسِهِ أَوْ بِمَاءٍ آخَرَ , وَيُفَارِقُ الْكَافُورَ وَالْمِسْكَ ;
لِأَنَّ هُنَاكَ يَجُوزُ أَنْ تَكُونَ الرَّائِحَةُ بَاقِيَةً , وَإِنَّمَا لَمْ
تَطْهُرْ لِغَلَبَةِ رَائِحَةِ الْكَافُورِ وَالْمِسْكِ )
Apabila ingin mensucikan air najis
maka perlu diperhatikaan yaitu, jika kenajisannya sebab adanya perubahan dan air
melebihi dua kullah, maka air menjadi suci sebab hilangnya perubahan dengan
sendirinya atau ditambahkan air yang lain atau mengambil sebagiannya, karena
kenajisan air sebab perubahan dan sekarang telah hilang. Apabila pada air
tersebut dimasukkan tanah atau gamping lalu perubahan pada air menjadi hilang,
maka di sini ada dua qaul. Al-Syafi’i dalam al-Umm mengatakan, air itu tidak
bisa suci sebagaimana juga tidak suci ketika dimasukkan kedalam air kapur barus
atau misyak misik lalu bau najis menjadi hilang. Beliau dalam Harmalah
mengatakan, air itu suci dan ini pendapatyang ashah, karena perubahan pada air
telah hilang, maka jadilah ia sebagaimana perubahan yang hilang dengan
sendirinya atau sebab menambahkan air lain. Persoalan ini berbeda dengan kapur
dan misik, sebab di sana boleh jadi bau najis masih tetap, dan ketidaksucian itu
semata-mata dikarenakan bau kapur atau misik itu sekedar mengalahkan
najis.
حاشية القليوبي الجزء الاول صحيفه: 22
(فَإِنْ زَالَ تَغَيُّرُهُ بِنَفْسِهِ ) أَيْ مِنْ غَيْرِ انْضِمَامِ
شَيْءٍ إلَيْهِ كَأَنْ زَالَ بِطُولِ الْمُكْثِ ( أَوْ بِمَاءٍ ) انْضَمَّ إلَيْهِ
( طَهُرَ ) كَمَا كَانَ الزَّوَالُ سَبَبَ النَّجَاسَةِ ( أَوْ بِمِسْكٍ
وَزَعْفَرَانٍ ) وَخَلٍّ أَيْ لَمْ تُوجَدْ رَائِحَةُ النَّجَاسَةِ بِالْمِسْكِ ,
وَلَا لَوْنُهَا بِالزَّعْفَرَانِ , وَلَا طَعْمُهَا بِالْخَلِّ . ( فَلَا )
يَطْهُرُ لِلشَّكِّ فِي أَنَّ التَّغَيُّرَ زَالَ أَوْ اسْتَتَرَ بَلْ الظَّاهِرُ
الِاسْتِتَارُ
Apabila perubahan pada air itu hilang dengan sendirinya
yakni tanpa menambahkan sesuatu apapun kepadanya, seperti karena lama tergenang,
atau hilangnya perubahan sebab air yang ditambakan, maka sucilah air tersebut
sebagaimana hilangnya perubahan sebab najis. atau sebab misik dan za’faran) dan
cukak yakni tidak terdapat bau najis sebab misik, warna najis sebab za’faran dan
rasa najis sebab cukak maka air itu tidak suci karena adanya keraguan apakah
perubahan air itu hilang atau tersembunyi, tetapi yang jelas adalah
tersembunyi.
قَوْلُهُ : ( لِلشَّكِّ إلَخْ ) . قَالَ شَيْخُنَا : مَحَلُّ الشَّكِّ
إنْ ظَهَرَ رِيحُ الْمِسْكِ مَثَلًا وَإِلَّا بِأَنْ خَفِيَ رِيحُهُ وَرِيحُ
النَّجَاسَةِ مَعًا فَإِنَّهُ يَطْهُرُ عَلَى الْمُعْتَمَدِ , وَكَذَا
الْبَقِيَّةُ
Alasan keraguan di atas mendapat tanggapan. Syaikhuna
mengatakan, bahwa alasan keraguan itu (dapat diterima) jika memang bau misik
tampak jelas, jika tidak yaitu sekira bau misik dan bau najis sama-sama samar
(tersembunyi), maka air tersebut adalah suci menurut pendapat mu’tamad dan
demikian pula air-air yang lain.
حاشيةالبجيرمي على المنهج الجزء الاول صحيفة:26
فَإِنْ صَفَا الْمَاءُ وَلَا تَغَيُّرَ بِهِ طَهُرَ ( قَوْلُهُ فَإِنْ
صَفَا الْمَاءُ ) أَيْ : زَالَ رِيحُ الْمِسْكِ أَوْ لَوْنُ التُّرَابِ أَوْ طَعْمُ
الْخَلِّ ، وَقَوْلُهُ طَهُرَ أَيْ : حَكَمْنَا بِطَهُورِيَّتِهِ لِانْتِفَاءِ
عِلَّةِ التَّنْجِيسِ
Apabila air menjadi jernih dan tidak berubah sama sekali
maka sucilah air itu. Yang dimaksud jernih bahwa bau misik atau warna tanah atau
rasa cukak telah hilang. Yang dimaksud suci bahwa kita menghukumi kesucian air
tersebut karena illat (sebab) penajisan telah tiada.
حاشية الجمل على المنهاج الجزء الاول صحيفة 42
الْحَاصِلُ أَنَّهُ إذَا صَفَا الْمَاءُ وَلَمْ يَبْقَ فِيهِ تَكَدُّرٌ
يَحْصُلُ بِهِ الشَّكُّ فِي زَوَالِ التَّغَيُّرِ طَهُرَ كُلٌّ مِنْ الْمَاءِ
وَالتُّرَابِ سَوَاءٌ كَانَ الْبَاقِي عَمَّا رَسَّبَ فِيهِ التُّرَابُ قُلَّتَيْنِ
أَمْ لَا
Kesimpulan
bahwa apabila air menjadi jernih dan didalamnya tidak tersisa kekeruhan yang
menimbulkan keraguan mengenai hilangnya perubahan air, maka masing-masing air
dan tanah menjadi suci, baik air yang tersisa setelah yang diserap oleh tanah
itu mencapai dua kullah atau tidak.
نهاية المحتاج الجزء الاول صحيفة 66
( قَوْلُهُ : فَزَالَ تَغَيُّرُهُ طَهُرَ ) أَيْ حَيْثُ لَمْ يَكُنْ
لِلزَّعْفَرَانِ طَعْمٌ وَلَا لِلْمِسْكِ لَوْنٌ يَسْتُرُ النَّجَاسَةَ كَمَا
يُؤْخَذُ مِنْ قَوْلِ ابْنِ حَجَرٍ
Maksud perubahan air hilang maka menjadi suci bahwa ketika
pada za’faran sudah tidak terdapat rasa dan pada misik tidak terdapat warna yang
menutupi najis sebagaiman yang didapat dari ungkapan Ibn Hajar.
الترمسى الجزء الاول صحيفة 121
قاَلَ اْلعَلاَّمَةُ اْلكُرْدِىُّ، وَحَاصِلُ مَسْئَلَةِ
زَوَالِ تَغَيُّرِ اْلماَءِ اْلكَثِيْرِ بِالنَّجِسِ أَنْ تَقُوْلَ لاَ يَخْلُوْ
اِماَّ اَنْ يَكُوْنَ زَوَالُ التَّغَيُّرُ بِنَفْسِهِ اَوْلاَ فَاِنْ كَانَ
بِنَفْسِهِ طَهُرَ وَاِنْ لَمْ يَكُنْ بِنَفْسِهِ فَلاَ يَخْلُوْ. اِماَّ اَنْ
يَكُوْنَ بِنَقْصٍ مِنْهُ اَوْ بِشَئْ ٍحَلَّ فِيْهِ فَاِنْ
كَانَ بِالنَّقْصِ وَاْلبَاقِىْ قُلَّتَانِ طَهُرَ. وَاِنْ كاَنَ
عَيْناً فَلاَ يَخْلُوْ اِمَّا اَنْ يَظْهَرَ وَصْفُهَا فِى اْلماَءِ اَوْ لاَ، فَانْ لَمْ يَظْهَرْ وَصْفُهاَ فِيْهِ بِاَنْ صَفاَ اْلماَءُ
طَهُرَ، وَاِنْ ظَهَرَ وَصْفُهاَ فِى اْلماَءِ فَلاَ يَخْلُوْ اِمَّا اَنْ
يُوَاِفقَ ذَلِكَ اْلوَصْفُ وَصْفَ تَغَيُّرِ اْلماَءِ اَوْ لاَ، فَاِنْ لَمْ
يَكُنْ مُوَاِفقًا لِذَلِكَ طَهُرَ وَاِلاَّ فَلاَ،
Al-Allamah al-Kurdi mengatakan, kesimpulan persoalan
hilangnya perubahan air banyak sebab najis dapat kau jelaskan, bahwa adakalanya
hilang perubahan itu dengan sendirinya atau tidak. Jika dengan sendirinya maka
air itu suci, dan jika tidak dengan sendirinya maka adakalanya sebab mengurangi
atau memasukkan sesuatu didalamnya. Jika sebab mengurangi dan sisanya mencapai
dua kullah, maka air itu suci. Jika yang dimasukkan itu berupa ‘ain (benda),
maka adakalanya sifatnya tampak jelas pada air atau tidak. Jika sifat ‘ain tidak
tampak pada air dengan arti airnya jernih, maka air itu suci. Dan jika sifatnya
tampak pada air, maka adakalanya sifat itu mencocoki sifat perubahan air atau
tidak. Jika tidak mencocoki maka air itu suci, dan jika sebaliknya maka air
tidak suci.
Komentar
Posting Komentar