Hasil Bahtsul Masail NU Jatim 1979
Apakah imam Daud al-Dzohiri termasuk ahli sunnah wal jama’ah? Jika termasuk ahli sunah wal jama’ah, bolehkah bagi kita megamalkan madzabnya dalam nikah tanpa wali dan saksi? Apakah wajib had terhadapap orang yang melakukan bersetubuh dengan cara nikah menurut madzab Daud tersebut?
Apakah imam Daud al-Dzohiri termasuk ahli sunnah wal jama’ah? Jika termasuk ahli sunah wal jama’ah, bolehkah bagi kita megamalkan madzabnya dalam nikah tanpa wali dan saksi? Apakah wajib had terhadapap orang yang melakukan bersetubuh dengan cara nikah menurut madzab Daud tersebut?
Jawab:
Imam Daud Dzohiri termasuk ahli sunnah waljama’ah. Adapun nikah
mengikuti madzabnya dengan tanpa wali dan saksi hukumnya tidak boleh.
Dasar
Pengambilan:
- Al-Farqu Baina Al-Firoq, Hlm. 47.
وَدَخَلَ فِي هَذِهِ الْجُمْلَةِ ( أَىْ أَهْلِ السُّنَّةِ
وَالْجَمَاعَةِ ) جُمْهُوْرُ الْأُمَّةِ وَسَوَادُهَا اْلأَعْظَمُ مِنْ أَصْحَابِ
مَالِكٍ وَالشَّافِعِي وَأَبِى حَنِيْفَةَ وَالْأَوْزَاعِى وَالثَّوْرِى وَأَهْلِ
الظَّاهِرِ.
Masuk dalam
golongan ini (ahli sunnah waljama’ah) ialah: pembesar-pembesar imam, dan
kelompok-kelompok mereka yang mayoritas, dari beberapa shabat/santrinya imam
Malik, imam Syafi’i, imam Auza’i, Sufyan Atsauri dam Ahli Al-Dzohiriyah (Dawud
Al-Dzohiriyah).
- Bughyatu al-Mustarsyidin, Hlm. 8
(مَسْأَلَةُ ش) نَقَلَ ابْنُ الصَّلَاحِ الْإِجْمَاعَ عَلَى أَنَّهُ
لَايَجُوْزُ تَقْلِيْدُ غَيْرِ اْلأَئِمَّةِ الْأَرْبَعَةِ أَىْ حَتَّى الْعَمَلَ
لِنَفْسِهِ فَضْلًا عَنِ الْقَضَاءِ وَالْفَتْوَى لِعَدَمِ الثِّقَةِ بِنِسْبَتِهَا
لِأَرْبَابِهَا بِأَسَانِيْدَ تَمْنَعُ التَّحْرِيْفَ وَالتَبْدِيْلَ كَمَذْهَبِ
الزَّيْدِيَّةِ الْمَنْسُوْبِيْنَ اِلَى الْإِمَامِ زَيْدِ بْنِ عَلِىّ بْنِ
الْحُسَيْنِ السَّبْطِ رِضْوَانُ اللهِ عَلَيْهِمْ الخ.
(Masalah syin)
imam ibnu sholah manukil ijma’ sesungguhnya tidak boleh taqlid/mengikuti selain
kepada imam empat artinya sampai amal untuk dirinyapun tidak boleh. Apalagi
untuk menghukumi, menfatwakan, karena tidak dapat dipertanggung jawabkan
nisbatnya pada pemiliknya, dengan jalan yang mencegah, merubah dan mengganti,
seperti madzab Zaidiyah yang dinisbatkan kepada imam Zaid bin Ali bin Husain
yang jadi cucu Rasul ra.
- Tuhfatu al-Murid Syarah Jauharu at-Tauhid, Hlm. 90
وَلاَ يَجُوْزُ تَقْلِيْدُ غَيْرِهِمْ أَىِ اْلأَئِمَّةِ اْلأَرْبَعَةِ
وَلَوْ كَانَ مِنْ أَكَابِرِ الصَّحَابَةِ ِلأَنَّ مَذَاهِبَهُمْ لَمْ تُدَوَّنْ
وَلَمْ تُضْبَطْ كَمَذَاهِبِ هَؤُلآَءِ لَكِنْ جَوَّزَ بَعْضُهُمْ ذَلِكَ فِي
غَيْرِ اْلإِفْتَاءِ.
Tidak boleh
taqlid kepada selain mereka yaitu imam-imam empat meskipun dari
pembesar-pembesar sahabat Rasul. Karena madzab mereka tidak dikodifikasikan
(tidak dikukuhkan) dan tidak dibuat pedoman seperti madzab-madzab mereka (imam
empat); namun sebagian ulama’ ada yang memperbolehkan asal tidak untuk
difatwakan.
- Mizan al-Kubro, Juz I, Hlm. 50
- Al-Fawaidu al-Janiyah, Juz II, Hlm. 204
- Fiqhu al-Islam oleh Syekh al-Khatib
- Tanwiru al-Qulub Hlm. 408
Adapun orang yang bersetubuh dari nikah ala madzab Daud al-Dzohiri
tersebut menurut qoul mu’tamad wajib di-had (mendapat
hukuman).
Dasar
Pengambilan:
- Fatawi Kubro, Juz VI, Hlm. 107
(وَسُئِلَ) هَلْ يَجُوْزُ عَقْدُ النِّكَاحِ تَقْلِيْدًا لِمَذْهَبِ
دَاوُدَ مِنْ غَيْرِ وَلِىًّ وَلاَ شُهُوْدٍ أَوْ لاَ، وَإِذَا وَطِئَ فَهَلْ
يُحَدُّ أَوْ لاَ ... إِلَى أَنْ قَالَ (فَأَجَابَ) بِقَوْلِهِ لاَ يَجُوْزُ
تَقْلِيْدُ دَاوُدَ فِى النِّكَاحِ بِلاَ وَلِىٍّ وَلاَ شُهُوْدٍ. وَمَنْ وَطِئَ
فِى نِكَاحٍ خَالٍ عَنْهُمَا وَجَبَ عَلَيْهِ حَدُّ الزِّنَا عَلَى الْمَنْقُوْلِ
الْمُعْتَمَدِ...الخ
(ibnu Hajar
ditanya) apakah boleh aqad nikah dengan tanpa wali dan saksi, mengikuti pendapat
Dawud al-Dzohiri? Dan ketika dia wati’ (hubungan badan) apakah terkena hukum had
atau tidak? dst. S/d…. ibnu hajar menjawab: tidak boleh mengikuti pendapat Dawud
al-Dzohiri dalam nikah tanpa wali dan saksi, barang siapa wati’ (berhubungan
badan) atas nikah tanpa wali dan saksi wajib baginya mendapatkan had (hukuman)
seperti hukuman bagi pelaku zina sesuai pendapat yang mu’tamad.
Komentar
Posting Komentar