Hasil Bahtsul Masail PWNU Jatim 1981
di PP. Zainul Hasan Genggong
Pertanyaan:
Kalau
ulama aswaja/NU telah melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar apakah ulama yang
bukan aswaja sudah terlepas dari kewajiban fardlu kifayah amar ma’ruf nahi
munkar dan sebaliknya?
Jawaban:
Sudah
terlepas dari kewajiban fardlu kifayah amar ma’ruf nahi munkar, selama amar
ma’ruf nahi munkar dilakukan sesuai dengan aturannya.
Dasar
Pengambilan Hukum:
- Ahkamu AL-Fuqaha, soal no 241
إِنْ كَانَ هُنَاكَ مَنْ يَكْفِيْهِمْ لِلأَمْرِ بِالْمَعْرُوْفِ
وَالنَّهْىِ عَنِ الْمُنْكَرِ فَلاَ حَرَجَ عَلَيْهِمُ السُّكُوْتُ وَلُزُوْمُ
الْبُيُوْتِ، وَإِلاَّ يَحْرُمُ عَلَيْهِمْ ذَلِكَ، وَأَمَّا اْلاِنْتِسَابُ إِلَى
إِحْدَى الْجَمْعِيَّاتِ اْلإِسْلاَمِيَّةِ فَهُوَ أَفْضَلُ، بَلْ قَدْ يَجِبُ
كَمَا إِذَا تَيَقَّنَ أَوْظَنَّ أَنَّهُ
لاَ يُؤَدِّى إِلَى حِفْظِ دِيْنِهِ وَصَوْنِهِ عَمَّا يُفْسِدُهُ إِلاَّ
بِاْلإِنْتِسَابِ اِلَيْهَا اَخْذًا لِمَا فِى الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ
وَاْلإِحْيَاءِ. وَنَصْبُهُ: وَوَاجِبٌ عَلَى كُلِّ فَقِيْهٍ فَرَغَ مِنْ فَرْضِ
عَيْنِهِ وَتَفَرَّغَ لِفَرْضِ الْكِفَايَةِ إِلَى مَنْ يُجَاوِرُ بَلَدَهُ مِنْ
أَهْلِ السَّوَادِ وَمِنَ الْعَرَبِ وَاْلأَكْرَادِ وَغَيْرِهِمْ وَيُعَلِّمُهُمْ
دِيْنَهُمْ وَفَرَائِضَ شَرْعِهِمْ. إِلَى اَنْ قَالَ: فَإِنْ قَامَ بِهَذَا
اْلأَمْرِ وَاحِدٌ سَقَطَ الْحَرَجُ عَنِ اْلآخَرِيْنَ وَاِلاَّ عَمَّ الْحَرَجُ
الْكَافَّةُ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا الْعَالِمُ فَلِتَقْصِيْرِهِ فِى الْخُرُوْجِ،
أَمَّا الْجَاهِلُ فَلِتَقْصِيْرِهِ تَرْكَ التَّعَلُّمِ. الخ ... اِعْلَمْ أَنَّ
كُلَّ قَاعِدٍ فِى بَيْتِهِ اَيْنَمَا كَانَ فَلَيْسَ خَالِيًا فِى هَذَا
الزَّمَانِ عَنْ مُنْكَرٍ مِنْ حَيْثُ التَّقَاعُدُ عَنْ إِرْشَادِ النَّاسِ
وَتَعْلِيْمِهِمْ وَأَكْثَرُ النَّاسِ جَاهِلُوْنَ .
"Jika telah ada orang yang dianggap cukup sudah menyampaikan amar ma’ruf
nahi munkar, maka tidak dosa bagi lainnya hanya diam dirumah (tidak berdakwah),
kalau belum ada yang menyampaikan maka haram bagi semua orang hanya berdiam
diri. Adapun menisbatkan (amar ma’ruf nahi munkar) kepada salah satu organisasi
islam itu lebih utama. Bahkan terkadang menjadi wajib ketika diyakini atau
diduga kuat, tidak akan tercapai dalam mempertahankan agama dan menjaga
kelangsungannya dari pihak-pihak yang merusaknya kecuali dengan berpedoman
kepada kitab: addawatu attamah dan kitab ihya’ ulumuddin, yang arti nasnya:
“wajib bagi setiap orang pandai dalam agama untuk meluangkan waktu guna memenuhi
fardlu kifayah kepada orang yang berdekatan daerahnya dari ahli kulit hitam,
orang arab dan lainnya, dan wajib pula mengajari mereka terhadap agamanya dan
kewajiban-kewajiban syari’atnya …..s/d…. jika sudah ada salah seorang yang
melakukan (amar ma’ruf nahi munkar) maka gugur dosa dari lainnya. Jika tidak ada
sekali, maka yang berdosa adalah semuanya manusia. Adapun dosanya orang ‘alim,
karena ia tidak menghiraukan keharusan keluar (berdakwah). Sedangkan
dosanyaorang yang bodoh, ia tidak memperhatikan kewajiban belajar (tidak mau
belajar) dst. … perlu dimengerti, bahwa setiap orang yang hanya berdiam diri
dirumahnya dimana saja, maka tidak dapat lepas dizaman ini dari kemungkaran,
ketika hanya diam diri dari menunjukan manusia dan mengajarinya. Dan kebanyakan
manusia itu bodoh (tidak tahu)".
Komentar
Posting Komentar